
Ditemui di rumah orangtuanya di Jalan Taman Surapati, Kecamatan Mandonga Kendari, dengan cukup ramah Suriansyah menceritakan semua hal yang dialaminya selama 36 hari bersama kelompok Abu Sayyaf. Masih jelas dalam ingatannya, bagaimana kondisi kapal yang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Hingga akhirnya situasi berubah mencekam setelah kapal mengangkut batu bara dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf.
Jumat 25 Maret 2016, sekitar pukul 15.00 waktu setempat, saat posisi kapal berada di Wescanel perbatasan antara Malaysa dan Filipina, ia kala itu masih tertidur pulas di dalam kapal usai lepas tugas mengecek kondisi mesin kepal. Tiba-tiba dirinya dibangunkan oleh salah seorang rekannya yang mengatakan, jika kapal mereka didatangi oleh seorang pria yang mengaku sebagai polisi.
“Saya tanya siapa yang naik, temanku ini bilang kayaknya polisi. Kalau tidak salah dia pake baju kaos warna hitam dan ada tulisan PNP (Police Nasional Piliphin), nah semua kita dibangungkan untuk kumpul diatas sama tiet enjin Suryanto. Dia bangungkan, dia bilang bass mungkin ada polisi, terus saya disuruh bangunkan Kepala Kamar
Mesin (KKM),” tutur Suriansyah.
Setelah seluruh awak kapal dibangungkan, mereka pun lalu berkumpul di anjungan kapal. Tidak berselang lama, sebuah speedbot berwarna hitam langsung merapatkan diri di lambung kanan kapal yang disusul dengan kemunculan sekelompok pria bersenjata lengkap dan langsung menodongkan senjata.
“Sebelum dia menempel di kapal, dia teriak dulu. Dia bilang police, sambil tunjuk galon kosong yang dia pegang seolah olah habis. Tapi kita tetap jalan dan akhirnya mereka mepet. Cuman satu orang saja yang pake baju PNP, ada sekitar 10 orang kalau nda salah, wajahnya di tutup pake topeng yang kayak cadar dan di jidadnya tertulis
Lailaha Illawlah, kalau tingginya sekitar 160 kayaknya,” ingatnya.
Tak banyak yang bisa dilakukan 10 WNI. Bersama seluruh rekannya di tengah situasi yang sangat mencekam, mereka pun hanya terdiam bingung dan pasrah. Di bawah todongan senjata, mereka lalu di paksa untuk duduk di lantai dan tangan mereka diikat.
“Mereka sempat bertanya You Know Abu Sayyaf? Tapi kita bilang tidak. Habis itu mereka bertanya ini Malaysa, tapi saya punya kapten bilang bukan kami Indonesia. Terus mereka bilang lagi itu kamu punya flag bendera Malaysa, tapi kita bilang bukan, kami indonesia, itu hanya negara saja lewat. Mungkin salah sasaran, tapi mereka bilang, walau pun kita salah sasaran, sekali kita pegang tidak akan kita lepas,” ungkap Suriansyah mengikuti dialog penyandera.
Selanjutnya, para perompak itu mengeladah dalam kapal, selang beberapa jam kemudian, Kepala Kamar Mesin (KKM) KT Brahma 12 mencoba melakukan negosiasi dengan pihak perompak. Dengan menggunakan bahasa Inggris KKM, meminta agar ikatan mereka segera dilepas, dengan jaminan tidak akan melarikan diri atau pun melakukan perlawanan. Alhasil
permintaannya pun disetujui, catatan jika mencoba melarikan diri maka mereka akan ditembak.
Sekitar pukul 02.00 wita dini hari, lanjut Suriansyah, mereka pun tiba di salah satu pulau kosong. Di sana para ABK langsung dijemput oleh sekelompok pria bersenjata dan dinaikan ke atas tiga perahu berbeda untuk selanjutnya dibawa ke Pulau Sulu, dengan perjalanan dari pukul 02.00 hingga pukul 15.00 waktu setempat. Di pulau tersebut, rupanya telah menanti ratusan orang bersenjata lengkap dengan pakaian jubah hitam yang menutup wajahnya. Mereka berdiri berjejer di sepanjang bibir pantai.
“Pokoknya kita sudah pasrah itu di situ, kita sudah pikir wah kita sudah mati ini di sini sudah tidak bisa pulang lagi. Selama kami bilang kami tidak akan lari, akan ikuti mau mereka, mereka sudah tidak kasar. Sampai di pulau itu kami langsung jalan beriring berbaris, kami juga sudah tidak tau mau kemana itu. Tidak ada, mereka
ngomong itu kami tidak mengerti sama sekali, murni bahasa sana kayaknya,” tuturnya.
Senin, 28 Mei 2016 sekitar pukul 09.00, terjadi kontak telepon antara pihak Abu Sayyaf dengan pihak perusahaan tempat Suryansyah bekerja. Ada cerita menarik dari balik
penyanderaan yang dialami 10 orang ABK ini, mulai dari hari ketiga mereka berada di pulau Sulu hingga detik detik mereka akhirnya dibebaskan dan dipulangkan. Suriansnyah pun kembali mencoba menceritakan kejadian itu secara detail.
“Perlakuan itu yah di jaga seperti biasa saja, tidak ada todongan senjata. Kami tetap berada di tengah, mereka kelilingi kami. Tidak ada todongan senjata, karena si orang melayu itu bilang kalian ada disini kami jaga, insya allah kami jaga. Kalau kalian ada celaka, kami malu sama orang indonesia, kami tidak mau tambah musuh” katanya.
Hari ke empat di pulau Sulu, 10 ABK ini mulai berbaur dengan kelompok Abu Sayyaf, meski hanya dengan bahasa tubuh. Seminggu berlalu, interaksi antara kedua pihak mulai mencair. Mulai dari sekedar menanyakan waktu makan, diberi rokok hingga duduk bersama menikmati api unggun. Suriansyah mengaku, dirinya tidak pernah merasakan stres selama berada di sana, mereka mendapatkan perlakuan yang sangat manusiawi.
“Ditanya juga bilang sholat, kita jawab sholat. Dari kapal pertama mereka tanya, dia bilang muslim semua. Kita jawab semua muslim, tapi ada tiga orang teman kita ini Nasrani tapi mengaku muslim. Tapi setelah digeledah kapal, mereka dapat kitab nasrani dan kalung salib. Pertama sih para perompak ini agak marah, tapi habis itu mereka bilang, kalian bertiga nasrani no problem. Tapi kita bilang mereka ini muallaf, tapi perompak bilang iya iya saja,” ujarnya.
Suriansyah pun bahkan diajari bahasa Filipina oleh kelompok Abu Sayyaf, seperti Kumaun artinya makan dan Tubing yang artinya air. Sebulan berlalu, belum ada kejelasan terkait pembebasan 10 WNI. Meski dilanda rasa cemas dan stres, namun nyatanya kelompok Abu Sayyaf malah memberikan dukungan moral kepada
Suriansyah dan lainnya untuk tidak stres. Bahkan, kelompok Abu Sayyaf pernah berkata kepadanya.
“Tidak usah susah, tidak usah stres. Kalau pun tak ada uang tebusan dari
negara kalian. Kalian pasti akan kami bebaskan, hanya waktunya kami tidak tau kapan. Kami hanya butuh uang, kalian tidak sangkut pautnya dengan kami” jelas Suriansyah memperagakan ucapan kelompok Abu Sayyaf.
Di samping itu, pihak Abu Sayyaf juga semakin rutin melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan tempat Suryansyah bekerja. Awalnya, pihak perusahaan tidak mempercayai jika kapal KT Brahma 12 menjadi korban sandera kelompok Abu Sayyaf, hingga akhirnya pihak perusahaan meminta bukti foto dan video kondisi terakhir 10 ABK kapal yang kemudian di penuhi oleh kelompok Abu Sayyaf.
“Mereka minta uang, pertama itu sudah nego di kapal itu. Kapten di panggil di bawah, di tanya berapa uang, katanya 150 juta peso. Terus nego nego di bawah, sempat
sampai 100 dan akhirnya sepakat 50. Mereka bilang begini, saya datang kesini ambil kalian hanya untuk minta uang. Jadi setiap habis menelpon mereka selalu kasih kabar kita, katanya besok pulang, tomorrow. Karena kita sudah bosan dengar, makanya kita bilang juga tomorrow-tomorow terus” katanya
Tanggal 25 April 2016, tiga orang warga Kanada dieksekusi mati oleh kelompok Abu Sayyaf. Suryansyah sendiri mengatahui kabar tersebut, dari orang-orang Abu Sayyaf yang mengatakan jika Kanada telah dipenggal, dari kabar yang berkembang yang didengarnya, proses negosiasi yang berbelit-belit serta permintaan yang tak kunjung di penuhi menjadi pemicu eksekusi.
Sementara itu, tersiar kabar kelompok Abu Sayyaf juga telah memberikan ultimatum kepada pemerintah Indonesia, jika tidak segera memberikan uang tebusan sebesar 50 juta peso, maka 10 ABK KT Brahma 12 juga akan segera di eksekusi. Namun faktanya, Suriansyah bersama 9 orang rekannya tidak mengetahui hal tersebut.
“Ah kita tidak pernah dengar itu, kita baik baik saja disana. Kita tidak pernah di ancam”
Minggu 1 Mei 2016, sekitar pukul 08.00 waktu setempat, 10 ABK ini di bangunkan oleh kelompok Abu Sayyaf yang berkata Go Home atau pulang. Namun, lantaran sering mendapatkan janji, Suryansyah tidak percaya dengan perkataan itu.
“Tidak lama kapten bilang siap siap kita pulang, perasaan saya biasa-biasa saja waktu itu. Soalnya sudah sering janji mungkin, kita itu percaya kalau sudah ada yang jemput. Setelah itu kita dibawah ke pantai di suruh naik ke perahu, dari dalam hutan ke pantai sekitar setengah jam, di pantai sudah ada satu perahu dan kita naik di situ sama 4 orangnya Abu Sayyaf yang kawal kita”
Sekitar 4 jam perjalanan dari pulau Sulu ke Holo, mereka akhirnya di satu perkampungan warga. Di sana Suriansyah dan 9 orang rekannya dinaikkan ke atas truk berwarna
kuning, sebelum meninggalkan dermaga tersebut. Ada moment yang menarik sesaat sebelum mereka naik ke truk, 10 ABK ini dan 4 orang kelompok abu sayyaf sempat melakukanperpisahan dengan cara berpelukan dan bersalaman layaknya kerabat yang hendak berpisah.
“Dari situ kita dibawa ke lokasi penjemputan pertama untuk selanjutnya berganti truk, trus wawancara sebentar dan disuruh naik lagi. Di situ ada yang bilang nanti sampai pom bensin kalian diturunkan, di sana kami disuruh cari rumahnya gubernur. Kami diantar pake mobil, begitu kita turun mobilnya langsung lari. Kalau di rumah gubernur kami hanya ketemu dia sama anak buahnya, setibanya di rumah gubernur kita langsung di jamu makanan dengan gubernur Jolo, tidak ada orang Indonesia” tambahnya.
Usai menggelar makan siang di rumah Gubernur Sulu, Abdusakur Toto Tan (II), mereka lalu dibawa menuju markas tentara untuk dilakukan cek kesehatan dan kondisi. Dengan menggunakan dua unit Helikopter, mereka kemudian terbangkan ke Zamboaga. Di sana mereka kembali menjalani cek kesehatan, setelah itu dibawa ke suatu ruangan untuk di lakukan penyelidikan.
Sekitar pukul 20.00 waktu Filipina, 10 ABK ini pun dijemput oleh anggota DPR RI Viktor Lais serta satu orang KBRI dan pihak Perusahaan kapal KT Brahma 12. Dari Filipina mereka bertolak menuju Balikpapan, bandara Sepinggan untuk melakukan pengisian bahan bakar setelah itu ke Jakarta.
“Sampai di Jakarta kami langsung di bawa ke rumah sakit pusat angkatan darat, periksa kesehatan lagi. Habis itu di bawa ke hotel, hari Senin tanggal 2 Mei, kami di bawa ke gedung pancasila, tapi sebelum itu kami sempat ke kantor pusat ngobrol-ngobrol sama Komisaris Perusahaan dan disuruh usahakan Selasa pulang,” tutupnya. (zonasultra.com)
0 komentar:
Post a Comment
ANOATIMESCOM™