ANOATIMES.COM™ | Universitas Halu Oleo bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan dan Puskat Picture memproduksi film Mengejar Embun ke Eropa yang disutradarai oleh Haryo Sentanu Murti. Rizky Hanggono dan Putri Ayudya dipercaya menjadi sebagai para pelakon utama dari film yang mengambil lokasi syuting di Kendari dan Pulau Muna (Sulawesi Tenggara), serta beberapa kota di Italia dan Belanda.

Melalui siaran pers yang diterima GATRAnews, Senin (3/10), disebutkan jika film inin menonjolkan perjuangan seseorang dalam memperbaiki etos kerja para dosen, dan memberantas manipulasi nilai yang terjadi dalam sebuah kampus.
Dari Pulau Muna menjadi awal cerita film ini. Anak-anak di Pulau una yang tinggal di daerah krisis air, mengawali kehidupannya dengan mandi embun sebelum berangkat ke sekolah. Puro, merupakan salah seorang anak laki-laki Muna yang masa kecilnya hanya bisa mandi kalau ada air embun. Demikian halnya dengan Ani, anak perempuan asal Pula Muna yang juga mengalami mandi embun.
Keduanya berlarian di antara tanaman singkong untuk mendapatkan embun pagi. Mereka adalah anak-anak para peladang yang hidupnya sederhana di Pulau Muna.
Saat dewasa, dalam suatu acara tarian adat perayaan syukuran, keduanya bertemu. Cinta mereka akhirnya berpadu dalam sebuah pernikahan. Sebuah keluarga yang harmonis penuh kemesraan, digambarkan melalui film drama ini.
Nasib mengantarkan Puro, diperankan oleh Rizky Hanggono, menuju ke Eropa. Di Roma, Vatikan, Napoli, Pompeii, dan Leiden, Puro menemukan kekayaan kebudayaan yang indah. Puro juga bertemu dengan Roberta, gadis Belanda yang cantik. Namun, Puro tetap menjaga kesetiaan pada Ani (Putri Ayudya), istrinya yang tinggal di Kendari.
Sepulang dari Eropa, Puro bekerja di Universitas Delapan Penjuru Angin (UDPA) di Kendari. Namun, upayanya untuk memperbaiki etos kerja para dosen serta memberantas manipulasi nilai, berujung pada pencopotan jabatannya sebagai Kepala Jurusan Sosial Ekonomi. Meski demikia, loyalitas dan dedikasi Puro kepada UDPA dan atasan, tak pernah surut.
Tanggungjawab Puro semakin berat, ketika dipercaya untuk menjadi rektor. Di luar, kampus yang dipimpinnya dikenal sebagai "kampus tukang demo". Perlawanan terhadap premanisme di kampus akhirnya dilakukan, dengan melibatkan seluruh potensi kampus serta membangun jaringan dengan pihak luar.
Pada akhirnya, perubahan demi perubahan terjadi. Kesuksesan sumber daya manusia di kampus UDPA mengingatkan kembali pada kebiasaan mandi dengan cara mengejar embun di dedaunan pagi hari.
Menurut rencana, Mengejar Embun ke Eropa tayang pada November 2016.
Sumber : gatra.com
Melalui siaran pers yang diterima GATRAnews, Senin (3/10), disebutkan jika film inin menonjolkan perjuangan seseorang dalam memperbaiki etos kerja para dosen, dan memberantas manipulasi nilai yang terjadi dalam sebuah kampus.
Dari Pulau Muna menjadi awal cerita film ini. Anak-anak di Pulau una yang tinggal di daerah krisis air, mengawali kehidupannya dengan mandi embun sebelum berangkat ke sekolah. Puro, merupakan salah seorang anak laki-laki Muna yang masa kecilnya hanya bisa mandi kalau ada air embun. Demikian halnya dengan Ani, anak perempuan asal Pula Muna yang juga mengalami mandi embun.
Keduanya berlarian di antara tanaman singkong untuk mendapatkan embun pagi. Mereka adalah anak-anak para peladang yang hidupnya sederhana di Pulau Muna.
Saat dewasa, dalam suatu acara tarian adat perayaan syukuran, keduanya bertemu. Cinta mereka akhirnya berpadu dalam sebuah pernikahan. Sebuah keluarga yang harmonis penuh kemesraan, digambarkan melalui film drama ini.
Nasib mengantarkan Puro, diperankan oleh Rizky Hanggono, menuju ke Eropa. Di Roma, Vatikan, Napoli, Pompeii, dan Leiden, Puro menemukan kekayaan kebudayaan yang indah. Puro juga bertemu dengan Roberta, gadis Belanda yang cantik. Namun, Puro tetap menjaga kesetiaan pada Ani (Putri Ayudya), istrinya yang tinggal di Kendari.
Sepulang dari Eropa, Puro bekerja di Universitas Delapan Penjuru Angin (UDPA) di Kendari. Namun, upayanya untuk memperbaiki etos kerja para dosen serta memberantas manipulasi nilai, berujung pada pencopotan jabatannya sebagai Kepala Jurusan Sosial Ekonomi. Meski demikia, loyalitas dan dedikasi Puro kepada UDPA dan atasan, tak pernah surut.
Tanggungjawab Puro semakin berat, ketika dipercaya untuk menjadi rektor. Di luar, kampus yang dipimpinnya dikenal sebagai "kampus tukang demo". Perlawanan terhadap premanisme di kampus akhirnya dilakukan, dengan melibatkan seluruh potensi kampus serta membangun jaringan dengan pihak luar.
Pada akhirnya, perubahan demi perubahan terjadi. Kesuksesan sumber daya manusia di kampus UDPA mengingatkan kembali pada kebiasaan mandi dengan cara mengejar embun di dedaunan pagi hari.
Menurut rencana, Mengejar Embun ke Eropa tayang pada November 2016.
Sumber : gatra.com
0 komentar:
Post a Comment
ANOATIMESCOM™