Ilustrasi (catatankecil.com)
ANOATIMES, Perubahan zaman yang semakin modern ternyata punya pengaruh terhadap keputusan untuk menikah. Konsultan keluarga Muhammad Agus Syafii mengatakan, antusiasme masyarakat urban untuk menikah sudah tak sebesar dulu.
Agus mengatakan kebanyakan masyarakat di kota-kota besar saat ini cenderung untuk menunda untuk menikah. Dan karier jadi kambing hitam dari semua alasan ini.
“Generasi tingkat perkotaan sekarang ini sulit menikah karena mengejar karier dan ingin punya rumah sebelum menikah,” kata Agus dalam acara peluncuran bukunya berjudul Cara Mudah Segera Menikah di kawasan Sabang, Jakarta, Rabu 20 Januari 2016.
Agus mengatakan sekalipun pekerjaannya sudah relatif mapan, mereka masih lebih suka menunggu target hidupnya yang lebih tinggi lagi terpenuhi. Misalnya memiliki rumah sebelum menikah.
Faktanya, ini tidak hanya terjadi pada laki-laki, tapi juga pada perempuan. Sosiolog dari Universitas Indonesia Ganda Upaya mengungkapkan bahwa terbukanya lapangan pekerjaan untuk perempuan juga akan menggeser nilai-nilai di masyarakat, termasuk soal menikah.
“Salah satu dampaknya akan ada penundaan dalam usia pernikahan karena lebih banyak perempuan yang asyik bekerja,” ujar Ganda kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Selain soal karier, hal lainnya yang menurut Agus bisa menunda seseorang untuk menikah adalah kesiapan untuk berkomitmen. Agus menilai laki-laki yang memiliki karier baik dan berpendidikan cenderung ragu ketika ingin menikah. Selain itu seringkali mereka juga terlalu menikmati hidupnya sendiri.
Yang lebih parahnya, ada juga orang yang merasa takut menikah. Bagi mereka, menikah hanya akan menambah persoalan baru dalam hidup.
Dari cerita orang-orang yang pernah bertemu dengannya, Agus mengatakan kebanyakan orang menganggap menikah akan ‘melanggengkan’ penderitaan hidup.
Kondisi ini membuat mereka menganggap menikah itu sebagai sesuatu yang menyakitkan. Pada akhirnya, keinginan untuk menikah bakal semakin memudar.
“Saya yang biasanya sendiri tiba-tiba kalau pergi ke mana-mana harus membawa istri dan anak saya. Mendingan sendiri saja daripada harus ngurusin popok anak,” kata Agus menirukan curhatan salah satu kliennya.
Alasan enggan menikah ini sedikit berbeda dengan alasan perempuan. Keengganan perempuan lain untuk menikah berjalan seiring bertambahnya usia mereka. Dengan kata lain, usia yang makin matang akan membuat seorang perempuan semakin malas untuk menikah. Ia bercerita, perempuan yang usianya sudah melebihi 30 tahun umumnya malas untuk membangun komitmen lewat pernikahan.
Sebenarnya perempuan lebih sering mengajak nikah lebih cepat, tapi ketika usianya sudah lebih dari 30 tahun dan ia tak kunjung mendapatkan pasangan, perempuan cenderung malas menikah.
“Tren di Indonesia akan mengarah ke sana. Kemungkinan besar generasi sekarang akan semakin banyak yang tidak menikah,” ujarnya.
Hanya saja tak semua perempuan bersikap demikian. Ada juga perempuan semakin dikejar usia, mereka justru semakin ‘getol’ untuk mencari pasangan.**(CNN Indonesia)
0 komentar:
Post a Comment
ANOATIMESCOM™